Fenomena Asmara Subuh

Sebagaimana tempat, dimensi waktu pun bisa menjadi sarana yang efektif dalam menghantarkan seorang hamba meraih keutamaan di sisi Allah. Bukankah shalat-yang menjadi wahana paling khusyuk dalam beraudiensi dengan-Nya-ditandai dengan waktu? Dalam Kitab-Nya, Allah juga sering menggugah kita dengan ungkapan waktu, termasuk waktu subuh.

Kompleksnya peradaban manusia sekarang menjadikan urgennya waktu subuh, yaitu saat udara masih segar, sejuk, dan pikiran masih jernih. Alam yang tadinya mengantuk, perlahan-lahan bangun dan kembali membentangkan karunianya. Di sinilah pentingnya arti bangun pagi; ia bukan hanya memberikan manfaat dari sisi kesehatan, melainkan juga bisa bermakna finansial dan spiritual.

Namun sepakatkah kita menghargai waktu subuh..???.

Sudah menjadi tradisi, sehabis salat Subuh di bulan Ramadan puluhan remaja di berbagai daerah termasuk Ibu Kota dan ditempat tinggalku Bantaeng Butta Toa mengambil kesempatan untuk jalan-jalan bersama teman wanita atau pria. Kegiatan itu biasa disebut dengan istilah Asmara Subuh.

Pakar sejarah UIN Jakarta, Muhammad Arif mengatakan tradisi ini bermula dari para remaja yang bermaksud mencari kearifan dari alam namun semakin mengikuti zaman tradisi itu kerap mengarah negatif. Sebab, saat ini banyak faktor negatif yang mempengaruhi asmara subuh ini.

"Secara empiris, agak masif ya karena kegiatan ini ikut dicampuri dengan geng motor, itu yang membuat asmara subuh dikenal negatif," ujar Arif saat dihubungi.

Menurut Arif, asal muasal tradisi ini ada dan berkembang di beberapa tempat lantaran para remaja tersebut ingin menemukan jati diri atau karakter mereka. Semisal dengan mencari teman, berkumpul dengan teman lainnya sehingga membentuk proses individualisasi mereka.

"Faktor psikologis lah yang mempengaruhi mereka, namanya remaja ingin tahu segala hal. Biasanya mereka ini mulai dari SMP hingga SMA. Sehingga perkumpulan mereka ini menjadi daya tarik bagi temannya juga, makalah berkembang fenomena ini," jelas dia.
Dia mengimbau, semua pihak dapat turut andil dalam menentukan arah jati diri para remaja ini. Jangan sampai asmara subuh menjadi tempat bagi remaja menuju kesesatan. "Baik dari keluarga, sekolah dan masyarakat harus berperan aktif dan mempunyai kesadaran kolektif secara bersinergi agar nantinya remaja tersebut dapat diarahkan," ungkapnya.

Di sisi lain, faktor pendidikan juga amat penting. Arif menyarankan untuk menggunakan konsep revitalisasi pusat pendidikan. Di mana melalui konsep ini, para remaja di intensifikasi secara maksimal. "Dengan acara seminar, itu juga salah satu contohnya sehingga dapat mengkaji asmara subuh ini baik secara unformal, formal dan sekitar," ujar dia. (mrc/ARS)

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

 

Diary Sang Angin Copyright © 2013 | Powered by Blogger